Pengalaman yang sangat langka ini saya dapatkan ketika waktu itu saat mendaki Gunung Andong yang masih berada di kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sebuah awan badai yang terpampang jelas menyelimuti Gunung Merbabu yang memang letaknya hanya bersebelahan dengan Gunung Andong. Sebelum melanjutkan cerita tentang pengalaman ini, alangkah baiknya kita mengenal tentang Gunung Andong. Yap, Gunung Andong sebenarnya bukan sebuah gunung tapi lebih tepatnya bukit. Tapi entah kenapa banyak khalayak yang menyebutnya gunung. Gunung Andong memiliki ketinggian 1726 mdpl dan menjadi salah satu destinasi wisata alam yang ramai pengunjung di kabupaten Magelang. Bisa dilihat ketika saya mendaki banyak sekali tenda-tenda pendaki yang berada di puncak Gunung Andong. Gunung Andong juga menjadi titik awal pemanasan bagi seseorang yang ingin mendaki sebuah gunung yang sebenarnya. Maka dari itu setiap harinya banyak sekali pendaki yang mendaki Gunung Andong. Nah, itu sekilas pengetahuan tentang Gunung Andong. Sekarang kita kembali ke topik awal saat melihat badai di Gunung Merbabu saat berada di puncak Gunung Andong. Cekidot, hehe.
Waktu itu adalah tanggal 28 Maret 2017 sekian kalinya saya dan teman-teman satu kampus mendaki sebuah bukit, dan Gunung Andong adalah yang ke 3 kalinya kita daki setelah Bukit Cumbri yang letaknya di perbatasan Wonogiri – Ponorogo dan Gunung Api Purba yang letaknya di kabupaten Nglangeran, Gunung Kidul. Perjalanan pun kami lakukan pada malam hari dikarenakan letak Gunung Andong yang tidak begitu jauh dari kota kami yaitu Solo. Kurang lebih 2 jam perjalanan dari Solo hingga sampai di basecamp Gunung Andong yang berada di desa Sawit belakang pasar Ngablak Kopeng Magelang. Setibanya di basecamp kami yang berangkat 12 orang, terdiri dari 8 cowok dan 4 cewek langsung bergegas melakukan pendaftaran dan juga prepare perlengkapan kita. Berhubung waktu itu pendakian juga sangat ramai dan juga waktu itu sudah kelewat jam 12 malam, kita langsung jalan melakukan pendakian tanpa istirahat di basecamp terlebih dahulu.
Perjalanan dari basecamp ke pos 1 ( Gili Cino )
Waktu perjalanan mendaki kita semua tidak mengira akan bisa melihat sebuah badai tebal yang akan menyelimuti puncak Gunung Merbabu. Perjalanan dari basecamp pun kita juga santai mengingat kita terdiri dari banyak orang waktu itu. Dari basecamp ke keatas kita melewati jalan aspal setapak dan disamping kiri kanan adalah sawah penduduk sekitar yang ditanami sayuran seperti kobis, kol, wortel, dan sebagainya. Setelah itu jalan mulai menanjak. Nah, dari sini sampai ke puncak tidak ada bonusnya ( jalan landai ), yang ada adalah tanjakan dengan kontur tanah yang padat dengan sesekali ada akar pohon pinus yang menjembul ke atas tanah. Yah, memang di track ini adalah track melewati hutan pinus. Selama perjalanan menuju pos 1 ini semua berjalan dengan lancar bahkan diantara 12 orang rombongan kami belum ada yang kelelahan. Sampai akhirnya di pertengahan jalan pun kami disambut oleh rintik hujan yang memang tidak begitu deras. Diantara 12 rombongan kami tidak satu pun yang membawa mantol, untungnya waktu itu gerimis secara perlahan berhenti hingga akhirnya kita semua sampai di pos 1 Gili Cino. Pos 1 ini ada sebuah selter yang berbentuk sebuah joglo untuk pendaki istirahat. Di sini kami putuskan untuk istirahat sejenak mengingat temen-temen yang cewek sudah mulai kelelahan. Oh iya, jarak dari basecamp ke pos 1 ini tidak begitu jauh mungkin sekitaran 20 menit.
Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 ( Watu Wayang )
Di pos 1 ini kita serombongan istirahat tidak begitu lama kemudian langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Sepanjang perjalanan menuju pos 2 kita sering sekali barengan sama rombongan lain yang juga melakukan pendakian malam hari waktu itu. Seperti biasanya, saing sapa dan saling menyemangati agar terus sampai puncak sama sama kita lakukan antar pendaki. “ Mari mas, ayo semangat mas sampai puncak bentar lagi kok”,seperti itulah salam sapa antar kita. Sementara sesekali kita terhenti sejenak untuk istirahat karena salah satu teman cewek kita terengah-engah nafasnya, maklum karena ini pendakian perdana bagi dia dan juga dari tadi tracknya juga terus menanjak. Tak lama kita istirahat kembali perjalanan kita lanjutkan hingga akhirnya sampai di pos 2 . Sama seperti di pos 1, pos 2 juga terdapat selter yang berupaa joglo untuk pendaki istirahat. Disini tempatnya agak datar tapi tidak begitu luas dan lumayan bisa untuk istirahat sejenak. Perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 pun juga tidak begitu lama , sama seperti perjalanan dari basecamp menuju pos satu hanya sekitar 20 menit.
Perjalanan dari pos 2 menuju puncak Gunung Andong
Perjalanan pun kita lanjutkan dari pos 2 menuju ke puncak. Di situ sudah terlihat keletihan dari teman-teman cewek. Sesekali mereka berhenti sejenak untuk menghela nafas dan minum. Sampai pada akhirnya di tengah perjalanan menuju puncak , salah satu teman cowok merasa dirinya mual dan muntah-muntah. Badannya panas dan sepertinya dia meriang. Di situ kami langsung memutuskan untuk membagi rombongan menjadi dua kelompok agar lebih efisien untuk sampai ke puncak, karena memang saat itu angin juga kencang ditambah hawa dingin yang sudah mulai menusuk. Delapan orang naik ke puncak duluan sedangkan saya dan tiga orang teman menunggu dan menangani salah satu teman yang sedang tumbang tersebut. Salah satu teman saya memijit-mijit tengkuk dia agar muntahnya keluar semua, sembari itu saya mencari tolak angin untuk meredakan meriang dan sedikit menghangatkan perutnya. Dengan sedikit semangat dan juga dorongan mental dari kita akhirnya dia bangkit dan bisa melanjutkan perjalanan yang tinggal sebentar lagi sampai puncak.
Tidak terasa rombongan yang di depan sudah sampai di puncak. Perlahan kita naik yang memang agak jauh tertinggal di belakang rombongan pertama sampai akhirnya kita bisa menyusul sampai puncak. Di puncak kita bingung mencari teman-teman dari rombongan yang sudah tiba duluan tadi karena memang di puncak tempatnya penuh dan sesak oleh tenda-tenda para pendaki. Sampai pada akhirnya salah seorang teman mengetahui keberadaan rombongan awal tadi yang ternyata sudah mendirikan tenda di depan gapura sebuah makam yang berada di puncak Gunung Andong. “Boy, kok kalian mendirikan tenda di sini ?”, tanya saya pada salah satu teman saya. “Gimana lagi boy hanya tempat ini yang tersisa”, jawab teman saya. Tak apalah yang penting bisa mendirikan tenda yang hanya satu-satunya kami bawa dengan kapasitas 4 orang. Yah, memang kami sedari awal tidak merencanakan untuk ngecamp di puncak waktu itu. Hanya saja kita membawa satu tenda buat jaga-jaga untuk para cewek. Waktu itu menunjukkan pukul 3 pagi dan semua cewek pun tidur di dalam tenda kecuali 1 orang yang memang tahan dingin dan ikut tidur di luar tenda bersama semua laki-laki yang beralaskan seadanya. Saat itu memang kabut sedang naik dan hawa dingin begitu menyengat, padahal kita hanya berada di ketinggian kurang dari 2000 mdpl tapi dingginya begitu terasa.
Tampak gumpalan awan badai mengelilingi Gunung Merbabu dari puncak Gunung Andong
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat hingga fajar pun menyingsing dari ufuk timur di atas puncak Gunung Andong. Kami pun segera bergegas untuk melihat sunrise. Dari tenda kami berjalan menuju ke puncak dengan melewati sela-sela tenda pendaki yang berjajar di sana. Di puncak sini ternyata para pendaki sudah pada keluar untuk melihat sunrise dan akhirnya kita memutuskan untuk sedikit bergeser ke arah jembatan setan. Kenapa dinamakan jembatan setan?, mungkin karena jalannya hanya setapak dengan kanan kiri sudah jurang dan membelah antara kedua puncak yaitu puncak Gunung Andong dan puncak Alap-Alap. Nah, di jembatan setan inilah saya terperangah saat melihat ke arah gunung yang berada di sebelah timur gunung andong yang puncaknya ditutupi kabut awan tebal. Ternyata itu adalah Gunung Merbabu yang nampak jelas dari tempat saya waktu itu. Semakin lama sang surya semakin naik hingga kabut badai yang menyelimuti Gunung Merbabu pun ikut menghilang.
Pagi itu langit pun berubah begitu cerah hingga pemandangan di sekitar puncak Gunung Andong menjadi jelas terlihat keindahannya. Di sebelah timur nampak GunungMerbabu yang menjuntai keatas dan terlihat juga Gunung Merapi yang memang sedikit tertutup oleh Gunung Merbabu. Di sebelah barat juga nampak dari kejauhan gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Puncak Gunung Andong memang memberikan pesona dan keindahannya bagi mereka yang berada di sana waktu itu. Tidak lupa kami pun mengabadikan moment kita waktu itu dengan berfoto-foto sampai pada akhirnya jam 9 pagi pun kami turun dari puncak Gunung Andong.
Wow.. Awan tudung di Merbabunya ngeri..
ردحذفKasihan yg lagi pada mendaki Merbabu..
Untung di Andongnya cuaca g badai juga tu..
Iya bang, ngeri juga waktu lihatnya. Waktu itu ada temen juga yang ke merbabu, katanya di merbabu parah.
ردحذفإرسال تعليق